Author : @sianne_siann
Cast: Cho Kyu Hyun
Park Kyu Ra(OC)
Kim Jong Woon (Yesung)
~ There's nothing can make us breakup...
Except that..
Onething.
DEATH ~
Park Kyura pov
Aku menarik nafasku dalam. Aku mencoba tersenyum dan mengambil sisirku yang baru. Aku menyisir rambut panjangku dengan pelan dan hati-hati. Lagi. Mau bagaimanapun caraku menyisirnya, mau kusisir dengan sisir baru ataupun lama, hal ini tetap terjadi. Rambutku tetap rontok, dan bahkan jumlahnya semakin banyak. Airmataku menetes tanpa sengaja.
Berbagai macam pikiran dan firasat buruk melintasi kepalaku. Bagaimana jika aku ternyata mengidap penyakit yang parah? Aku melirik suamiku yang masih tertidur lelap di kasur. Suamiku yang tampan. Dia memeluk gulingnya dan nyaris mencampakkan selimut -yang harusnya menyelimuti seluruh tubuhnya- ke bawah tempat tidur kami. Mulutnya sedikit terbuka, dan ada bekas aliran sungai yang mengalir di ujung bibirnya yang telah mengering.
Aku tersenyum dalam tangisanku. Bahkan dengan posisi tidur yang berantakan begitu, dia tetap tampan. Dan aku tetap mencintainya. Berapa lama lagi aku bisa terus menemaninya yang sedikit kekanakan ini? Aku bahagia menjalani hidupku bersamanya. Aku selalu bahagia menjalani hidupku bersama Cho Kyuhyun.
Dia menggeliat pelan dalam tidurnya. Aku mendekatinya dan berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikitpun. Aku menarik bantalku yang terletak disampingnya. Hana.. Dul.. Set!
"JAGI!!!!" Teriakku riang sembari memukul mukanya dengan bantalku cukup kencang, berkali kali. Tentu saja, aku tidak akan puas jika memukul wajah tampannya itu sekali.
"Yak! Yak! YAK!! CHO KYURA!!" Kyuhyun segera bangun dengan muka kusut dan menahan bantal di tanganku. Teriakan Kyuhyun membahana memenuhi kamar tidur kami. Tapi ucapannya itu, membuatku spontan menjitaknya. Dia bahkan tidak mengingat namaku!
"YAK!! Aku sudah bangun! Kenapa kau malah menjitakku?!" Teriak Kyuhyun tidak terima sembari mengelus kepalanya. Dia mendelikkan matanya lucu.
"Kenapa kau menyebutku... Eh?" Tiba-tiba aku baru ingat, kalau margaku memang sudah berubah menjadi Cho sejak sebulan yang lalu. Aku meringis dan menggaruk kepalaku yang bahkan tidak gatal. "Hehe. Aku kira kau lupa namaku karena kau memanggilku Cho Kyura. Kukira marga jelek siapa yang mengganti margaku yang indah."
"Cho Kyura, kau benar-benar ingin mati hah?!" Kyuhyun bangkit dari tempat tidur. Berusaha menangkapku yang segera berlari untuk menyelamatkan diri.
"Tangkap aku kalau kau bisa tuan Cho!" Aku tertawa sembari berlari. Ekspresinya benar-benar sangat lucu. Aku ingin hidup bersamanya hingga aku tua nanti. Aku baru saja ingin berteriak lagi untuk meledek Kyuhyun, tiba-tiba saja perut terasa sangat sakit. Aku kesulitan bernafas. Pandanganku memburam dan aku terjatuh. Aku menutup mataku dan menggigit bibirku untuk menahan semua rasa sakit yang kualami.
"Kyura-ya!!" Kurasakan Kyuhyun memelukku. Dekapannya selalu sama. Hangat. Aku mencengkram ujung bajunya kencang.
"Gwenchana?" Aku tidak mampu menyahuti perkataannya, rasa sakit itu masih melandaku. Andwae. Kyuhyun tidak boleh tau aku kesakitan.
"Kyura-ya... Jebal. Lihat aku. Tatap aku. Jawab aku. Kyura-ya.." Terdengar nada khawatir yang begitu jelas disana. Sakitnya... Mengurang. Sudah lebih baik sekarang. Aku menatap wajahnya dan berusaha tidak merasakan sakit sedikitpun. Aku melepas cengkramanku dan tersenyum lebar.
"Gwen-cha-na! Kkkk~" Raut wajah Kyuhyun langsung berubah.
"Itu tidak lucu! Aku nyaris mati ketakutan tadi. Aish..!!!" Kyuhyun mengacak rambutnya frustasi. Aku tersenyum pahit mendengar kata-katanya. Kuharap... Kejadian tadi benar-benar bohongan Kyu....
**
Cho Kyuhyun pov
Aku menatap kesal yeoja dipelukanku. Dan langsung menariknya berdiri. Aku mengacak rambutku frustasi. "Itu tidak lucu! Aku nyaris mati ketakutan tadi. Aish..!!!"
Baru saja aku ingin melanjutkan omelanku, pandanganku tertuju pada kaus warna kulit yang daritadi kukenakan. Bekas cengkraman Kyura di kausku... Sedikit robek. Aku menatap wajah Kyura yang masih meringis menatapku.
"Mianhae. Kurasa leluconku keterlaluan tadi." Aku menatap wajahnya serius. Bibirnya, sedikit berdarah. Ah, tadi saat kesakitan, Kyura mengigit bibirnya sendiri bukan? Wajah Kyura juga sedikit pucat. Kyura mendekat padaku. Dia mengalungkan tangannya dileherku. Aku menatap intens dirinya.
"Mianhae... Jangan marah padaku." Aku memeluknya dengan perasaan yang campur aduk. Apa yang kau sembunyikan dariku, Kyura-ya? Sekarang, rasanya aku memang lebih baik ditipu olehmu, daripada semua kejadian tadi adalah sungguhan.
Tapi... Aku yakin, itu tadi bukan tipuan bukan? Aku mengenalmu dengan baik, Kyura-ya.
**
"Kyuhyun... Bisakah hari ini kau tidak berkerja?" Kyura bertanya takut-takut sembari memakaikan dasi untukku. Tentu saja aku mau. Aku ingin menjaganya, karena kejadian tadi pagi masih begitu mengganggu pikiranku. Hanya saja aku tidak menemukan alasan yang tepat sampai dia sendiri yang meminta. Kali ini aku benar-benar cemas. Apa dia sakit?
"Waeyo?" Aku berusaha membuat suara senormal mungkin. Aku tak ingin membuatnya tau, bahwa aku mengkhawatirkannya. Nanti dia besar kepala.
"Aku... Aku... Ah. Tidak. Aku... Hanya..." Dia terlihat panik saat aku menanyakan alasannya. Reaksinya benar-benar membuatku penasaran. Ada apa dengannya? Kenapa sikapnya agak aneh akhir-akhir ini?
"Tidak. Sudah sana berkerja. Dasinya sudah rapi, dan itu membuatmu setidaknya jadi sedikit lebih manusiawi untuk dipandang." Aku menghela nafas sebal. Lagi-lagi begini. Dia mengalihkan topik dengan bercanda.
"Aku tau ketampananku memang tidak manusiawi. Makanya aku memintamu memasangkan dasi jelek dan tidak rapi ini padaku, agar ketampananku bisa sedikit manusiawi." Dia memasang wajah jijik saat mendengar kata-kataku. Dia mengantarku sampai di depan mobil. Dia bahkan membukakan pintu mobil untukku. Aku mengangkat alisku heran dan tetap masuk. Dia masih belum menutup pintu mobilku.
"Kyu..." Panggil yeojaku lirih. Aku menatapnya heran. Apalagi sekarang?
"Bagaimana jika aku menghilang dari hidupmu?"
DEG.
"Bagaimana jika... Aku... Pergi meninggalkanmu?"
"Kau sanggup meninggalkanku?" Dia menundukkan kepalanya.
"Tidak." Sahut Kyura lirih.
"Kalau begitu, untuk apa bertanya? Jangan berfikir yang aneh-aneh." Tapi sekarang malah aku yang berfikir aneh-aneh. Dia mengangguk pelan dan menutup pintu mobilku. Dia melambaikan tangannya dan kubalas senyum terpaksa. Aku sedang tak ingin meninggalkannya untuk berkerja. Aku ingin bersamanya.
**
Park Kyura pov
Aish. Apa yang kupikirkan? Kenapa aku bertanya begitu padanya? Pasti suamiku itu nanti akan mencemaskanku meskipun sebenarnya dia tidak terlihat cemas sedikitpun. Tapi tetap saja, aku tidak ingin dia mengetahui kondisiku. Aku tidak mau dicap yeoja penyakitan. Aku tidak mau dia meninggalkanku. Aku... Aku bahkan takut memeriksakan kondisiku sendiri. Apalagi membiarkan Kyu tau kondisiku? Tidak tidak! Itu tidak boleh terjadi.
Aku memegang dahiku sendiri. Agak panas. Mungkin aku demam. Sudahlah Park... Ups, maksudku Cho. Baiklah Cho Kyura, mungkin aku hanya demam. Mungkin rambutku memang bermasalah. Jangan berfikir macam-macam, seperti kata Kyuhyun tadi. Baiklah, aku akan istirahat sampai sebelum Kyuhyun pulang.
**
Hng... Dingin. Aku membuka mataku malas dan mendapati Kyuhyun duduk disamping tempatku tidur. Heh? Kyuhyun sudah pulang? Aku memelototkan mataku kaget.
"Apa? Aku pulang lebih cepat hari ini. Lalu kenapa kau menggompres dirimu sendiri hah? Aku bisa menjagamu tadi jika kau bilang kalau kau tidak enak badan. Sudah. Lanjutkan tidurmu saja. Aku sudah mengganti kompresanmu dengan yang baru." Itusih aku sudah tau. Kalau dia belum menggantinya, kenapa dahiku terasa begitu dingin?
"Oh, apa kau lapar? Kau mau makan bubur? Perlu kumasakkan?" Aku tersenyum mendengar rentetan pertanyaannya. Lihatlah, dia begitu menghawatirkanku. Aku sangat amat mencintainya.
"Tidak perlu. Masakkanmu selalu tidak pernah layak untuk dimakan Kyuhyun-ssi."
"Sekali lagi kau memanggilku seformal itu, akan kusuapi kau satu panci bubur buatanku." Sahutnya sambil mendengus kesal. Hihi. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain menggodanya. "Lalu? Memangnya kau tidak lapar? Aku yakin kau belum makan kan? Perlu kubelikan? Atau mungkin kau menginginkan sesuatu?"
"Hmm... Sebenarnya aku agak haus. Tapi aku bisa mengambilnya sendiri. Kau juga sebaiknya istirahat. Kau lelah kan?" Kyuhyun menggelengkan kepalanya sembari tersenyum manis. Oh my, senyum manis evilku ini sangat tampan ternyata.
"Ani. Aku tidak lelah. Aku tidak pernah lelah untukmu. Sebentar, kuambilkan." Tumben sekali evilku bisa mengucapkan kalimat yang benar-benar manis. Biasanya, jika ada dipujian di kata pertama, kata terakhir pasti menjatuhkan.
Eungh... Perutku terasa sangat sakit. Rasa sakit ini datang lagi. Kenapa akhir-akhir ini sakit perutku sering sekali datang? Aku juga sangat sering merasa sulit untuk bernafas. Dan kenapa rasanya semakin menyakitkan? Kyu.. Sakit.. Sangat menyakitkan disini..
Kyuhyun... Tolong aku.
**
Aku membuka mataku yang berat. Bau obat yang menyengat segera memenuhi rongga pernafasanku. Ah, aku dirumah sakit rupanya.
"Kau tidak sadar dua hari." Aku menengok ke sumber suara, Kyuhyun. Dia duduk dibangku sebelah tempat tidurku.
"Lihat betapa mengenaskannya keadaanmu, Tuan Cho." Kataku miris. Lihat saja, rambutnya agak berantakan, bajunya kusut, matanya memiliki lingkaran hitam yang benar-benar terlihat.
"Berapa lama kau tidak tidur?"
"Selama kau tertidur."
"Bagaimana kalau aku tidak bangun? Kau tetap tidak akan tidur?" Kyuhyun melotot emosi mendengar perkataanku.
"YAK! Kau tidak mau bangun hah? Kau tidak mau menemuiku, Cho Kyura?!" Teriak Kyuhyun kencang. Kenapa dia? Biasanya aku mau bicara atau bercanda seperti apapun, wajahnya tidak akan menyeramkan begitu.
"Aku kan hanya asal bicara..."
"Asal bicarapun tidak boleh! Apapun yang terjadi, kau harus kembali padaku. Kau harus kembali untukku. Janji..?" Kyuhyun menyodorkan jari kelingkingnya padaku. Aku hanya menatapnya aneh. Kyuhyun malah menunduk. Wajahnya sudah mau menangis. Dia masih menyodorkan jari tangannya. "Janji..?"
"Aku akan selalu kembali padamu, jika kau masih menginginkanku. Jika kita masih belum dipisahkan oleh yang satu itu. Kenapa? Kenapa kau jadi melankolis begini, hm?" Kyuhyun hanya menggeleng dan mengelus rambutku. Moment yang sangat jarang terjadi. Biasanya, dia tidak bersikap manis. Dan biasanya juga, aku tidak suka kepalaku disentuh.
"Kenapa? Memangnya aku kenapa?" Aku menatapnya serius. Dia terdiam dan menghela nafas panjang.
"Tidak. Kau hanya kelelahan Kyura-ya."
"Terserah. Meskipun aku tidak tau nama penyakitku, aku bisa mengetahui kondisi badanku jauh lebih baik dari siapapun." Kyuhyun menunduk mendengar jawabanku.
"Kanker darah. Leukimia."
"Oh. Baiklah, aku tidak tertarik tentang stadiumnya. Lalu kapan aku bisa pulang?" Dia tersenyum terpaksa. Harusnya dia tidak usah tersenyum jika begitu. Senyumnya malah terlihat menyedihkan dimataku.
"Kapan kau mau pulang?"
"Tentu saja secepatnya. Aku sudah sangat merindukan kondisi rumah."
"Baiklah. Akan kuurus. Mungkin besok kau bisa pulang, Nyonya Cho." Sahutnya sembari mengacak-acak rambutku. Dia berdiri dan berjalan keluar dari ruanganku.
"Ngg... Kyu!" Kepalanya menyembul lagi dari balik pintu kamarku.
"Kenapa?"
"Kau... Kalau aku begini... Kau tetap akan bersamaku kan? Kau tidak akan meninggalkanku kan?" Raut wajahnya langsung berubah mendengar pertanyaanku. Dia berjalan mendekatiku lagi.
"Dengar, kau sudah menjadi milikku. Aku tidak akan melepaskanmu. Apapun, apapun yang terjadi, kau akan tetap menjadi milikku sebelum yang satu itu memisahkan kita. Kau milikku." Aku terdiam. Rasanya ingin menangis mendengar kata-katanya.
"Gomawo. Karena sudah menjadikanku milikmu."
"Nado gomawo. Karena sudah mau menjadi milikku. Saranghae." Dia mengambil tangan kananku dan mengecupnya lembut. Like a princess.
"Kau tau sebesar apa aku mencintaimu. Aku tidak akan meninggalkanmu hanya karena hal ini. Ini tidak akan mengubah apapun dalam hidup kita, Cho Kyura. I'll always on your side."
**
Cho Kyuhyun pov
Aku menarik nafas lega. Dia sudah tersadar dari pingsannya. Dia... Kenapa aku tidak pernah tau dia sakit? Kenapa aku baru menyadarinya akhir-akhir ini kalau dia sakit? Aku memang suami yang buruk untuknya. Lalu, kenapa dia bersikap seolah dia baik-baik saja? Kenapa dia tidak menangis saja dan menumpahkan semuanya padaku? Sikapnya membuatku terasa sesak. Keceriaannya terasa palsu. Sikapnya membuatku merasa... Bersalah.
**
"Cho Kyura..." Dia membuka matanya perlahan. Aku menarik nafas lega. Entah kenapa, aku agak takut melihat matanya yang terpejam.
"Aku tidak pingsan lagi, Tuan Cho. Jangan cemas." Katanya sembari meringis, seolah dapat menebak jalan pikiranku.
"Kau tau darimana, hm?"
"Kau pikir sudah berapa lama aku mengenalmu?"
"Kau bahkan bisa membaca jalan pikiranku, tapi aku bahkan tidak bisa tau saat kau sakit." Sahutku merasa bersalah.
"Jangan merasa bersalah. Aku tidak pernah menyalahkanmu. Aku yang tidak ingin membuatmu cemas... Aku takut jika kau tau... Kau..."
"Aku akan meninggalkanmu begitu?" Potongku kaget. Aku tidak menyangka dia menilaiku begitu. Aku kecewa padanya.
"Mianhae... Aku hanya takut.. Kau akan menyesal menikahi yeoja penyakitan seperti aku. Menikahi yeoja tidak berguna, yeoja yang hanya bisa menyusahkanmu..." Dan tetes airmatanya mulai berjatuhan. Dia tidak lagi tersenyum palsu. Senyum yang membuatku terasa sesak melihatnya. Tapi, saat melihatnya menangis begini, rasanya berkali-kali lipat lebih menyesakkan. Aku memeluknya erat. Dan tiba-tiba pernyataan dokter yang kudengar saat dirumah sakit kembali terngiang.
"Ny.Cho terserang Leukemia Mielositik Akut atau LMA. Stadium di LMA bisa berubah dengan cepat sesuai perkembangan virusnya. Bisa dalam hitungan minggu atau bahkan hari jika virus itu sangat ganas... Ny.Cho, harus dijaga pola dan kesehatan hidupnya serta teratur memakan obat yang kuberikan. Sebab, penderita LMA rentan terinfeksi dari penyakit lain karena daya tahan tubuhnya sangat kecil. Menurut saya, dia harus menjalani khemoterapy. Jika anda berkeras dia tidak boleh menjalaninya, saya rasa umur Ny.Cho tidak akan lama lagi..." Aku tidak akan siap untuk kehilanganmu Kyura-ya.. Aku tidak akan pernah siap.
"Jangan merendahkan dirimu sendiri Kyura-ya.. Jangan meragukan perasaanku. I love you in the way you are. That things like this, can't make me stop to loving you. Saranghae..." Bisikku lirih. Tanpa sadar, aku ikut menangis bersamanya. Aku mencintaimu Kyura-ya... Sangat.
**
Park Kyura pov
"Eomma..." Aku menatap takut pada ibu Cho Kyuhyun. Aku ingin menceritakan semuanya, karena kurasa Kyuhyun pasti menutupi keadaanku.
"Wae?" Tanya ibu Kyuhyun, masih dengan senyum lembutnya.
"Aku..." Aku menggantungkan kata-kataku. Harus bagaimana aku menceritakan semuanya?
"Aku tau, anakku." Ibu Kyuhyun langsung memelukku dan menangis. Aku cukup shock. Ibu Kyuhyun tau? Appanya? Tapi... Kenapa..
"Kau harus kuat, kau harus kuat dan bertahan untuk kami. Untuk Kyuhyun. Dan untuk dirimu sendiri."
"Eomma tidak... Menyesal memiliki menantu sepertiku?" Tanyaku takut. Aku takut, eommanya akan memisahkan hubungan kami seperti yang terjadi di drama-drama.
"Aku tidak menyesal. Kau baik, kau mencintai Kyuhyun dan Kyuhyun juga mencintaimu. Kau sempurna."
**
Aku melirik jamku cemas. Ini sudah pukul setengah 12 malam dan Kyuhyun belum pulang. Sesibuk apapun dia, dia tidak pernah pulang semalam ini. Dan biasanya, jika dia akan pulang terlambat 5 menit saja, dia akan mengabariku. Apa dia... Aish. Penyakit ini merubah pemikiranku. Tidak, aku tidak boleh meragukan perasaan Kyuhyun. Kalau begitu apa terjadi sesuatu padanya? TIDAK! Itu lebih parah. Tuhan, jangan biarkan aku memiliki semua pikiran-pikiran buruk ini.
Aku tersenyum lega saat indera pendengarku menangkap suara deru mobil. Aku mengintip lewat jendela, dua mobil? Aku segera membuka pintu dan mendapati Kyuhyun sedang dibawa oleh Yesung oppa -mantan kekasihku- dan Jongjin. Aku menatap mereka panik. Ada apa dengan Kyuhyun?
"Gwenchana. Dia hanya mabuk. Kami habis berpesta kecil tadi dirumahku." Kata Yesung oppa sembari tersenyum menenangkan padaku. Aku hanya menarik nafas lega. Sedangkan Jongjin menatap aneh pada hyungnya. Mereka membawa Kyuhyun masuk ke kamar tamu. Aku memang tidak bisa mencium bau alkohol, baunya memuakkan menurutku.
"Yesung oppa, Jongjin-ah, gomawo."
"Cheonma. Kami pamit dulu." Yesung oppa mengacak rambutku dan berlalu pergi. Jongjin hanya menggeleng pelan melihat kelakuan hyungnya. Dia menatapku sembari tersenyum.
"Bahkan meski kalian sudah berpisah, menurutku kalian tetap serasi. Bahkan kurasa, kau bisa kembali kapanpun padanya. Aku pamit, nuna." Aku diam. Aku tidak tau harus berkata apa. Aku tau dengan jelas maksud perkataan dari Jongjin tadi. Yesung oppa, masih mencintaiku.
Aku membawa baju ganti untuk Kyuhyun ke kamar tamu. Dasar namja bodoh. Dia harusnya tau dengan jelas aku tidak menyukai aroma alkohol. Dia harusnya tau aku menunggu dan menghawatirkannya. Aku memandanginya kesal. Dasar Cho Kyuhyun bodoh. Aku menutup hidungku dan menatapi wajahnya. Tampan.
Airmata meluncur cepat dari sudut mata Kyuhyun. Wae? Apa kau punya masalah? Oh.. Aku bahkan baru ingat, sudah lama sekali Kyu tidak meminum alkohol. Kau kenapa, Kyuhyun-ah?
"Jangan pergi, Kyura-ya... Jangan tinggalkan aku.. Saranghae..." Airmata menetes lagi dari sudut matanya. Apa aku begitu menyakitimu? Bahkan dalam tidurmu pun kau menangis Kyuhyun-ah. Aku menahan airmataku yang sudah menggenang. Aku mengelap bekas airmata Kyuhyun. Yesung oppa pasti berbohong tentang pesta dirumahnya itu. Dia hanya tidak ingin aku cemas.
"Have you been drinking because of me, Kyuhyun-ah? To take all the pain away..? I'm sorry to get you hurt." Aku... Jika aku meninggalkanmu sekarang, dan bukan nanti... Apa penderitaan itu bisa berkurang?
**
Dingin... Uh. Kupikir aku mungkin memang yeoja yang bodoh. Kulirik jam tanganku, masih pukul 3 pagi sekarang. Kyuhyun... Pasti belum bangun kan? Kuharap masakanku tetap akan enak meskipun sudah dingin saat namja itu terbangun.
Aku memejamkan mataku. Menikmati hembusan angin pantai. Pantai? Yup. Aku memang berada di pantai sepagi ini. Aku ingin menenangkan pikiranku. Dan... Disinilah aku. Sendirian di pantai dengan langit yang masih gelap. Debur ombak pantai dan lainnya mampu menenangkanku dari penyakit yang kuderita dan semua akibat yang diciptakan penyakit ini dalam kehidupanku...
Tempat ini, sempurna.
**
Kyuhyun pov
Aku membuka mataku yang berat. Err, kepalaku terasa berat. Kyura... Loh? Inikan kamar tamu? Oh. Aku mabuk semalam, dan Kyura membenci bau alkohol. Aish. Aku harus cepat-cepat mandi, kalau tidak yeoja itu bisa menghindariku seharian.
"Kyura-ya..." Aku memasuki kamar kami dengan pelan. Tidak ingin mengagetkannya yang mungkin masih tertidur pulas. Kamar kami kosong. Yeoja itu kemana? Aku mencarinya di dapur, sudah ada makanan. Dan ada secarik kertas kecil yang ditempel dibelakang piring makan milikku.
'Kyuhyun-ah... Jika aku pergi meninggalkanmu sekarang dan bukan nanti... Apa penderitaan itu bisa berkurang? Bisakah rasa sakit itu berkurang..?
Ah, dan jangan mencariku. Nikmati saja makanan yang kusiapkan ^^'
Perasaan sesak segera menyelimutiku. Heh, ada apa lagi dengan pemikiran yeoja itu?! Bagaimana bisa aku menikmati makananku saat dia dengan jelas mengatakan bahwa dia akan meninggalkanku? Ah, dia... Dia pasti tau dimana Kyura ku...
**
Park Kyura pov
"Oppa..?" Panggilku kaget. Kenapa Yesung oppa bisa ada disini? Dia tersenyum dan duduk tepat disebelahku.
"Kau tau? Kyuhyun panik sekali mencarimu. Dia menanyakanmu padaku, dan aku berinisiatif mencarimu kesini." Sahutnya sambil tersenyum simpul dan memandang kearah pantai. "Aku tau kau akan kesini."
"Yah... Tempat ini memang sempurna untuk menenangkan diri."
"Ya. Ditempat ini, kau mengambil keputusan untuk berpisah denganku bukan? Kita berpisah disini." Aku menoleh kearahnya. Rasa bersalah segera menyelimuti perasaanku. Aku memandanginya menyesal, tapi dia tidak menoleh sedikitpun kearahku. Dia masih memandang kearah laut, dan tidak merubah ekspresinya sedikitpun. Dia masih tersenyum.
"Mian oppa... Aku tidak.." Aku belum menyelesaikan kata-kataku dan dia sudah lebih dulu menyela perkataanku.
"Kali ini apa? Kali ini... Apa alasanmu kesini lagi? Kau tidak mungkin ingin meninggalkan Kyuhyun bukan? Kau meninggalkanku karena dia."
"Aku rasa... Jalan terbaik adalah meninggalkannya."
"Bodoh." Cela Yesung oppa langsung.
"Aku... Mengidap penyakit Leukimia Akut." Yesung oppa langsung menoleh kearahku.
"Aku tau, ini pemikiran bodoh. Tapi, dia sangat menghawatirkan keadaanku. Dia sangat takut aku meninggalkannya. Aku juga sama. Aku takut. Aku takut kehilangannya. Aku tidak siap dengan keadaan ini. Tapi, aku... Aku rasa, lebih baik aku meninggalkannya saat aku masih baik-baik saja. Dia pasti akan lebih menyedihkan jika benar-benar melihat kepergianku langsung."
"Kyura..."
"Hm?"
"Kau bodoh."
"Ya. Aku tau."
"Tidak-tidak. Kau lebih dari bodoh."
"Aku tidak sebodoh itu, ck."
"Lihat aku." Aku menoleh dan menatapnya. Dia menatapku serius. "Dengar, meskipun waktumu tinggal sedikit atau apapun menurutmu, jangan tinggalkan Kyuhyun. Kau bahkan sudah mengatakannya bukan? Dia takut kehilanganmu. Lalu kenapa kau mau meninggalkannya? Oh ayolah Kyura, ini bukan drama. Kau mencintainya, dan dia juga. Itu cukup. Tidak perlu membebani pikiranmu dengan alasan perpisahan konyol seperti itu." Kata-kata Yesung oppa sangat menusukku.
"Tapi..."
"Dengar, lagipula masih banyak cara pengobatan bukan? Operasi, obat herbal, atau bahkan khemoterapy. Hidupmu masih bisa diselamatkan, Kyura-ya. Atau bahkan jika memang kau tidak tertolong menurutmu, habiskan waktu kalian bersama. Buat kenangan indah. Spend your time with him to take all happy memories."
"Tidak. Operasi... Sumsum tulang belakang siapa yang cocok dan rela dicangkokkan untukku? khemoterapy? Aku.. Terlalu takut untuk mencobanya. No thanks."
"Jadi?"
"Aku lebih memilih pergi. Kau tau? Dari kemarin sore, aku bahkan belum meminum obatku oppa."
"Pengakuanmu itu sangat mengecewakanku. Pulanglah. Kyuhyun pasti sudah nyaris meledakkan kepalanya karena panik mencarimu."
"Dari awal, aku bukannya ingin melarikan diri. Jadi sebenarnya kau tak perlu mencariku dan menyuruhku pulang. Aku pasti pulang. Kau berminat mengantarku?" Yesung oppa tertawa kecil.
"Of course." Aku mengekor Yesung oppa menuju mobilnya. Ugh, sesak. Sesak sekali... Sakit.
**
Author pov
Yesung menoleh kebelakang, untuk mengecek apakah Kyura tertinggal atau tidak. Sebab yeoja itu tidak bersuara lagi. Yesung melotot kaget melihat yeoja yang daritadi mengikutinya itu sudah terkapar di pasir dan berada cukup jauh darinya.
"Kyura-ya!!" Yesung segera berlari dan mengguncang-guncang badan Kyura panik. Tapi mata yeoja itu tetap terpejam. Wajahnya pucat. Dengan panik, Yesung segera menggendong yeoja itu ala putri. Dia membaringkan Kyura di jok belakang mobilnya. "Bertahanlah. Jebal..." Bisik Yesung lemah.
"Bahkan jika kau tidak bertahan untukku. Bertahanlah untuknya."
**
Park Kyura pov
Aku membuka mataku yang terasa berat. Ah... Aku masih hidup? Aku bersyukur untuk itu. Dan bau obat-obatan memenuhi indera penciumanku. Hmm.. Rumah sakit lagi.
"Jangan pernah mencoba meninggalkanku." Aku menggeleng lemah, merespon suara yang sudah sangat kukenal. Ugh. Kepalaku agak berat untuk digerakkan.
"Aku belum pernah mencobanya kok." Dia menatapku dalam.
"Lalu? Kemana kau waktu itu? Kenapa pagi-pagi sekali sudah menghilang? Kau bukannya mencoba meninggalkanku hm?" Aku menaikkan alisku heran. Waktu itu? Berapa lama aku pingsan? Aku menatap Kyuhyun yang terlihat marah.
"Aku hanya ke pantai untuk menenangkan diriku. Aku butuh waktu sendiri. Waktu itu aku tidak mencoba untuk meninggalkanmu. Aku hanya berfikir, bisakah aku meninggalkanmu?" Ekspresi Kyuhyun berubah.
"Jangan pernah mencoba meninggalkanku. Bahkan berfikir untuk meninggalkanku pun, tidak boleh." Yaampun. Lihat cara bicaranya, dia makin mirip saja dengan diktator.
"Yak. Meskipun aku berfikir untuk meninggalkanmu, aku tidak bisa melakukannya kan? Jadi biarkan aku memikirkan apa yang ingin kupikirkan, bodoh."
"Kau boleh memikirkan apapun asalkan bukan memikirkan untuk meninggalkanku. Bagaimana caraku untuk hidup jika kau meninggalkanku? Bagaimana aku bisa terus mencintaimu dan melindungimu jika kau meninggalkanku?"
"Hanya berhenti mencintaiku dan melindungiku. Kalau perlu, lupakan semua kenangan kita..."
Kyuhyun menyeringai, "Tidak akan. Sudah berapa kali kukatakan? Kau milikku. Aku tidak akan melepasmu."
**
Author POV
Kyuhyun menatap Kyura yang sedang berbaring di tempat tidur mereka. Kyura terus merengek ingin pulang, dan benar-benar tidak mau dirawat. Entahlah, apa yang ada di kepala yeoja itu, Kyuhyun pun tak mengerti. Kyuhyun hanya mencoba mengerti keputusan Kyura, dan mendukungnya.
Kyura membuka matanya yang semula terpejam, dan menatap Kyuhyun, "Mianhae. Kau pasti sebal denganku yang tidak ingin menjalani pengobatan."
"Tidak apa. Aku akan mencoba mengerti keputusanmu."
"Kyu... Kalau aku pergi, kau akan mencari penggantiku ya?"
"Tidak. Kalau kau hanya pergi, aku akan menunggumu kembali."
"Tapi aku tidak akan bisa kembali, jadi bagaimana?"
"Aku akan menyusulmu, jika kau tidak bisa kembali." Kyura memukul kepala Kyuhyun kencang, membuat Kyuhyun berteriak kencang, "YAK!!"
"Yang kumaksud pergi itu, mati bodoh."
"Kalau begitu, kenapa harus kau pikirkan? Semua orang pasti akan mati. Kau akan mati, akupun juga, bodoh!" Sahut Kyuhyun kencang. Dia tidak terima dibilang bodoh.
"Ah, aku capek bicara denganmu. Aku mau tidur saja. Sangat lelah rasanya." Omel Kyura seraya menutup matanya lagi.
"Apakah sakit?" Kyura membuka matanya dan menatap Kyuhyun bingung.
"Apanya?"
"Apa kau sedang merasa sakit lagi? Hingga bicara saja sangat melelahkan?" Tangan Kyuhyun mampir ke kening Kyura dan keningnya sendiri. Mencoba mengukur suhu tubuh Kyura.
"Panas! Perlu kukompres?" Kyura hanya menggeleng, dan menyenderkan kepalanya ke bahu Kyuhyun.
"Aku ingin tidur, bolehkan?" Kyuhyun mengangguk pelan.
"Aku ingin mendengarkan nyanyianmu."
"Kau agak manja hari ini. Tapi... Baiklah." Kyuhyun tersenyum seraya mengelus kepala yeojanya pelan.
"'Cause I was born, to tell you I love you...
And I'm torn to do what I have to, to make you mine...
Stay with me tonight.
Stripped and pollished, I'm new, I am fresh.
I'm feeling so ambitious, you and me, flesh to flesh.
'Cause every breath that you will take, when you're sitting next to me.
Will bring life into my deepest hopes, what's your fantasy?
What's your... What's your?
'Cause I was born, to tell you I love you...
And I'm torn to do what I have to, to make you mine...
Stay with me tonight."
Kyuhyun berhenti dan melirik Kyura yang tampak sudah tertidur di pelukannya. Dia tersenyum pahit, "Kenapa harus kita yang mengalami kejadian seperti ini? Aku mencintaimu. Aku ingin hidup sampai tua bersamamu. Kenapa waktu kebersamaan kita terasa sangat singkat? Aku baru sebentar bersamamu. Aku ingin, bahagia bersamamu, selamanya." Kyuhyun meneteskan airmatanya diam-diam. Dia tidak mau terlihat menangis oleh Kyura. Dia harus kuat untuk yeoja yang dicintainya.
**
Kyura membuka matanya yang tampak lelah. Dia menunggu Kyuhyun tertidur, dan kembali bangun. Dia mencari kertas dan pulpen, lalu menuliskan sebuah surat dengan tangan yang gemetar.
"Maaf. Maaf untuk tidak bisa lagi mencintaimu." Bisik Kyura sembari kembali merebahkan kepalanya ke bahu Kyuhyun.
"Aku lelah, Kyuhyun-ah. Aku tidak ingin bertahan. Aku ingin pergi." Bisik Kyura lirih.
**
Kyuhyun tampak terpukul, sembari menatapi gundukan tanah lengkap dengan nisan nama yeoja yang dicintainya. Park Kyura.
Kemarin, begitu dia terbangun, Kyura tetap berada dipelukannya. Bedanya, badan yeoja itu tidak lagi hangat. Badannya sedingin es.
Tangis Kyuhyun pecah. Dia tidak sanggup lagi menahan kesedihannya. Kemarin, saat yeoja itu dimakamkan, dia tidak hadir. Dia tidak siap menghadapi semuanya. Sekarang, yang ada hanya dirinya dan Kyura-nya yang berada di dalam sana.
Kyuhyun menatap surat yang ditulis Kyura dengan nanar. Dia melipat rapi surat itu, dan menaruhnya di saku jasnya.
"Kyura-ya, aku sudah bilang, jika kau pergi ke tempat dimana kau tak bisa kembali... Maka aku yang akan menyusulmu. Tunggu aku, ne?" Bisik Kyuhyun dengan airmata yang menetes dan senyum di wajah tampannya.
"Tunggu aku."
**
"Kyuhyun-ah. Sorry. I can't loving you anymore...
It's not because, I'm stop loving you.
Or I meet someone better than you.
It's because I must go forever from your side, and leave you alone.
It's why, I can't love you again
Sorry. And, I love you.
-Park Kyura."
Cast: Cho Kyu Hyun
Park Kyu Ra(OC)
Kim Jong Woon (Yesung)
~ There's nothing can make us breakup...
Except that..
Onething.
DEATH ~
Park Kyura pov
Aku menarik nafasku dalam. Aku mencoba tersenyum dan mengambil sisirku yang baru. Aku menyisir rambut panjangku dengan pelan dan hati-hati. Lagi. Mau bagaimanapun caraku menyisirnya, mau kusisir dengan sisir baru ataupun lama, hal ini tetap terjadi. Rambutku tetap rontok, dan bahkan jumlahnya semakin banyak. Airmataku menetes tanpa sengaja.
Berbagai macam pikiran dan firasat buruk melintasi kepalaku. Bagaimana jika aku ternyata mengidap penyakit yang parah? Aku melirik suamiku yang masih tertidur lelap di kasur. Suamiku yang tampan. Dia memeluk gulingnya dan nyaris mencampakkan selimut -yang harusnya menyelimuti seluruh tubuhnya- ke bawah tempat tidur kami. Mulutnya sedikit terbuka, dan ada bekas aliran sungai yang mengalir di ujung bibirnya yang telah mengering.
Aku tersenyum dalam tangisanku. Bahkan dengan posisi tidur yang berantakan begitu, dia tetap tampan. Dan aku tetap mencintainya. Berapa lama lagi aku bisa terus menemaninya yang sedikit kekanakan ini? Aku bahagia menjalani hidupku bersamanya. Aku selalu bahagia menjalani hidupku bersama Cho Kyuhyun.
Dia menggeliat pelan dalam tidurnya. Aku mendekatinya dan berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikitpun. Aku menarik bantalku yang terletak disampingnya. Hana.. Dul.. Set!
"JAGI!!!!" Teriakku riang sembari memukul mukanya dengan bantalku cukup kencang, berkali kali. Tentu saja, aku tidak akan puas jika memukul wajah tampannya itu sekali.
"Yak! Yak! YAK!! CHO KYURA!!" Kyuhyun segera bangun dengan muka kusut dan menahan bantal di tanganku. Teriakan Kyuhyun membahana memenuhi kamar tidur kami. Tapi ucapannya itu, membuatku spontan menjitaknya. Dia bahkan tidak mengingat namaku!
"YAK!! Aku sudah bangun! Kenapa kau malah menjitakku?!" Teriak Kyuhyun tidak terima sembari mengelus kepalanya. Dia mendelikkan matanya lucu.
"Kenapa kau menyebutku... Eh?" Tiba-tiba aku baru ingat, kalau margaku memang sudah berubah menjadi Cho sejak sebulan yang lalu. Aku meringis dan menggaruk kepalaku yang bahkan tidak gatal. "Hehe. Aku kira kau lupa namaku karena kau memanggilku Cho Kyura. Kukira marga jelek siapa yang mengganti margaku yang indah."
"Cho Kyura, kau benar-benar ingin mati hah?!" Kyuhyun bangkit dari tempat tidur. Berusaha menangkapku yang segera berlari untuk menyelamatkan diri.
"Tangkap aku kalau kau bisa tuan Cho!" Aku tertawa sembari berlari. Ekspresinya benar-benar sangat lucu. Aku ingin hidup bersamanya hingga aku tua nanti. Aku baru saja ingin berteriak lagi untuk meledek Kyuhyun, tiba-tiba saja perut terasa sangat sakit. Aku kesulitan bernafas. Pandanganku memburam dan aku terjatuh. Aku menutup mataku dan menggigit bibirku untuk menahan semua rasa sakit yang kualami.
"Kyura-ya!!" Kurasakan Kyuhyun memelukku. Dekapannya selalu sama. Hangat. Aku mencengkram ujung bajunya kencang.
"Gwenchana?" Aku tidak mampu menyahuti perkataannya, rasa sakit itu masih melandaku. Andwae. Kyuhyun tidak boleh tau aku kesakitan.
"Kyura-ya... Jebal. Lihat aku. Tatap aku. Jawab aku. Kyura-ya.." Terdengar nada khawatir yang begitu jelas disana. Sakitnya... Mengurang. Sudah lebih baik sekarang. Aku menatap wajahnya dan berusaha tidak merasakan sakit sedikitpun. Aku melepas cengkramanku dan tersenyum lebar.
"Gwen-cha-na! Kkkk~" Raut wajah Kyuhyun langsung berubah.
"Itu tidak lucu! Aku nyaris mati ketakutan tadi. Aish..!!!" Kyuhyun mengacak rambutnya frustasi. Aku tersenyum pahit mendengar kata-katanya. Kuharap... Kejadian tadi benar-benar bohongan Kyu....
**
Cho Kyuhyun pov
Aku menatap kesal yeoja dipelukanku. Dan langsung menariknya berdiri. Aku mengacak rambutku frustasi. "Itu tidak lucu! Aku nyaris mati ketakutan tadi. Aish..!!!"
Baru saja aku ingin melanjutkan omelanku, pandanganku tertuju pada kaus warna kulit yang daritadi kukenakan. Bekas cengkraman Kyura di kausku... Sedikit robek. Aku menatap wajah Kyura yang masih meringis menatapku.
"Mianhae. Kurasa leluconku keterlaluan tadi." Aku menatap wajahnya serius. Bibirnya, sedikit berdarah. Ah, tadi saat kesakitan, Kyura mengigit bibirnya sendiri bukan? Wajah Kyura juga sedikit pucat. Kyura mendekat padaku. Dia mengalungkan tangannya dileherku. Aku menatap intens dirinya.
"Mianhae... Jangan marah padaku." Aku memeluknya dengan perasaan yang campur aduk. Apa yang kau sembunyikan dariku, Kyura-ya? Sekarang, rasanya aku memang lebih baik ditipu olehmu, daripada semua kejadian tadi adalah sungguhan.
Tapi... Aku yakin, itu tadi bukan tipuan bukan? Aku mengenalmu dengan baik, Kyura-ya.
**
"Kyuhyun... Bisakah hari ini kau tidak berkerja?" Kyura bertanya takut-takut sembari memakaikan dasi untukku. Tentu saja aku mau. Aku ingin menjaganya, karena kejadian tadi pagi masih begitu mengganggu pikiranku. Hanya saja aku tidak menemukan alasan yang tepat sampai dia sendiri yang meminta. Kali ini aku benar-benar cemas. Apa dia sakit?
"Waeyo?" Aku berusaha membuat suara senormal mungkin. Aku tak ingin membuatnya tau, bahwa aku mengkhawatirkannya. Nanti dia besar kepala.
"Aku... Aku... Ah. Tidak. Aku... Hanya..." Dia terlihat panik saat aku menanyakan alasannya. Reaksinya benar-benar membuatku penasaran. Ada apa dengannya? Kenapa sikapnya agak aneh akhir-akhir ini?
"Tidak. Sudah sana berkerja. Dasinya sudah rapi, dan itu membuatmu setidaknya jadi sedikit lebih manusiawi untuk dipandang." Aku menghela nafas sebal. Lagi-lagi begini. Dia mengalihkan topik dengan bercanda.
"Aku tau ketampananku memang tidak manusiawi. Makanya aku memintamu memasangkan dasi jelek dan tidak rapi ini padaku, agar ketampananku bisa sedikit manusiawi." Dia memasang wajah jijik saat mendengar kata-kataku. Dia mengantarku sampai di depan mobil. Dia bahkan membukakan pintu mobil untukku. Aku mengangkat alisku heran dan tetap masuk. Dia masih belum menutup pintu mobilku.
"Kyu..." Panggil yeojaku lirih. Aku menatapnya heran. Apalagi sekarang?
"Bagaimana jika aku menghilang dari hidupmu?"
DEG.
"Bagaimana jika... Aku... Pergi meninggalkanmu?"
"Kau sanggup meninggalkanku?" Dia menundukkan kepalanya.
"Tidak." Sahut Kyura lirih.
"Kalau begitu, untuk apa bertanya? Jangan berfikir yang aneh-aneh." Tapi sekarang malah aku yang berfikir aneh-aneh. Dia mengangguk pelan dan menutup pintu mobilku. Dia melambaikan tangannya dan kubalas senyum terpaksa. Aku sedang tak ingin meninggalkannya untuk berkerja. Aku ingin bersamanya.
**
Park Kyura pov
Aish. Apa yang kupikirkan? Kenapa aku bertanya begitu padanya? Pasti suamiku itu nanti akan mencemaskanku meskipun sebenarnya dia tidak terlihat cemas sedikitpun. Tapi tetap saja, aku tidak ingin dia mengetahui kondisiku. Aku tidak mau dicap yeoja penyakitan. Aku tidak mau dia meninggalkanku. Aku... Aku bahkan takut memeriksakan kondisiku sendiri. Apalagi membiarkan Kyu tau kondisiku? Tidak tidak! Itu tidak boleh terjadi.
Aku memegang dahiku sendiri. Agak panas. Mungkin aku demam. Sudahlah Park... Ups, maksudku Cho. Baiklah Cho Kyura, mungkin aku hanya demam. Mungkin rambutku memang bermasalah. Jangan berfikir macam-macam, seperti kata Kyuhyun tadi. Baiklah, aku akan istirahat sampai sebelum Kyuhyun pulang.
**
Hng... Dingin. Aku membuka mataku malas dan mendapati Kyuhyun duduk disamping tempatku tidur. Heh? Kyuhyun sudah pulang? Aku memelototkan mataku kaget.
"Apa? Aku pulang lebih cepat hari ini. Lalu kenapa kau menggompres dirimu sendiri hah? Aku bisa menjagamu tadi jika kau bilang kalau kau tidak enak badan. Sudah. Lanjutkan tidurmu saja. Aku sudah mengganti kompresanmu dengan yang baru." Itusih aku sudah tau. Kalau dia belum menggantinya, kenapa dahiku terasa begitu dingin?
"Oh, apa kau lapar? Kau mau makan bubur? Perlu kumasakkan?" Aku tersenyum mendengar rentetan pertanyaannya. Lihatlah, dia begitu menghawatirkanku. Aku sangat amat mencintainya.
"Tidak perlu. Masakkanmu selalu tidak pernah layak untuk dimakan Kyuhyun-ssi."
"Sekali lagi kau memanggilku seformal itu, akan kusuapi kau satu panci bubur buatanku." Sahutnya sambil mendengus kesal. Hihi. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain menggodanya. "Lalu? Memangnya kau tidak lapar? Aku yakin kau belum makan kan? Perlu kubelikan? Atau mungkin kau menginginkan sesuatu?"
"Hmm... Sebenarnya aku agak haus. Tapi aku bisa mengambilnya sendiri. Kau juga sebaiknya istirahat. Kau lelah kan?" Kyuhyun menggelengkan kepalanya sembari tersenyum manis. Oh my, senyum manis evilku ini sangat tampan ternyata.
"Ani. Aku tidak lelah. Aku tidak pernah lelah untukmu. Sebentar, kuambilkan." Tumben sekali evilku bisa mengucapkan kalimat yang benar-benar manis. Biasanya, jika ada dipujian di kata pertama, kata terakhir pasti menjatuhkan.
Eungh... Perutku terasa sangat sakit. Rasa sakit ini datang lagi. Kenapa akhir-akhir ini sakit perutku sering sekali datang? Aku juga sangat sering merasa sulit untuk bernafas. Dan kenapa rasanya semakin menyakitkan? Kyu.. Sakit.. Sangat menyakitkan disini..
Kyuhyun... Tolong aku.
**
Aku membuka mataku yang berat. Bau obat yang menyengat segera memenuhi rongga pernafasanku. Ah, aku dirumah sakit rupanya.
"Kau tidak sadar dua hari." Aku menengok ke sumber suara, Kyuhyun. Dia duduk dibangku sebelah tempat tidurku.
"Lihat betapa mengenaskannya keadaanmu, Tuan Cho." Kataku miris. Lihat saja, rambutnya agak berantakan, bajunya kusut, matanya memiliki lingkaran hitam yang benar-benar terlihat.
"Berapa lama kau tidak tidur?"
"Selama kau tertidur."
"Bagaimana kalau aku tidak bangun? Kau tetap tidak akan tidur?" Kyuhyun melotot emosi mendengar perkataanku.
"YAK! Kau tidak mau bangun hah? Kau tidak mau menemuiku, Cho Kyura?!" Teriak Kyuhyun kencang. Kenapa dia? Biasanya aku mau bicara atau bercanda seperti apapun, wajahnya tidak akan menyeramkan begitu.
"Aku kan hanya asal bicara..."
"Asal bicarapun tidak boleh! Apapun yang terjadi, kau harus kembali padaku. Kau harus kembali untukku. Janji..?" Kyuhyun menyodorkan jari kelingkingnya padaku. Aku hanya menatapnya aneh. Kyuhyun malah menunduk. Wajahnya sudah mau menangis. Dia masih menyodorkan jari tangannya. "Janji..?"
"Aku akan selalu kembali padamu, jika kau masih menginginkanku. Jika kita masih belum dipisahkan oleh yang satu itu. Kenapa? Kenapa kau jadi melankolis begini, hm?" Kyuhyun hanya menggeleng dan mengelus rambutku. Moment yang sangat jarang terjadi. Biasanya, dia tidak bersikap manis. Dan biasanya juga, aku tidak suka kepalaku disentuh.
"Kenapa? Memangnya aku kenapa?" Aku menatapnya serius. Dia terdiam dan menghela nafas panjang.
"Tidak. Kau hanya kelelahan Kyura-ya."
"Terserah. Meskipun aku tidak tau nama penyakitku, aku bisa mengetahui kondisi badanku jauh lebih baik dari siapapun." Kyuhyun menunduk mendengar jawabanku.
"Kanker darah. Leukimia."
"Oh. Baiklah, aku tidak tertarik tentang stadiumnya. Lalu kapan aku bisa pulang?" Dia tersenyum terpaksa. Harusnya dia tidak usah tersenyum jika begitu. Senyumnya malah terlihat menyedihkan dimataku.
"Kapan kau mau pulang?"
"Tentu saja secepatnya. Aku sudah sangat merindukan kondisi rumah."
"Baiklah. Akan kuurus. Mungkin besok kau bisa pulang, Nyonya Cho." Sahutnya sembari mengacak-acak rambutku. Dia berdiri dan berjalan keluar dari ruanganku.
"Ngg... Kyu!" Kepalanya menyembul lagi dari balik pintu kamarku.
"Kenapa?"
"Kau... Kalau aku begini... Kau tetap akan bersamaku kan? Kau tidak akan meninggalkanku kan?" Raut wajahnya langsung berubah mendengar pertanyaanku. Dia berjalan mendekatiku lagi.
"Dengar, kau sudah menjadi milikku. Aku tidak akan melepaskanmu. Apapun, apapun yang terjadi, kau akan tetap menjadi milikku sebelum yang satu itu memisahkan kita. Kau milikku." Aku terdiam. Rasanya ingin menangis mendengar kata-katanya.
"Gomawo. Karena sudah menjadikanku milikmu."
"Nado gomawo. Karena sudah mau menjadi milikku. Saranghae." Dia mengambil tangan kananku dan mengecupnya lembut. Like a princess.
"Kau tau sebesar apa aku mencintaimu. Aku tidak akan meninggalkanmu hanya karena hal ini. Ini tidak akan mengubah apapun dalam hidup kita, Cho Kyura. I'll always on your side."
**
Cho Kyuhyun pov
Aku menarik nafas lega. Dia sudah tersadar dari pingsannya. Dia... Kenapa aku tidak pernah tau dia sakit? Kenapa aku baru menyadarinya akhir-akhir ini kalau dia sakit? Aku memang suami yang buruk untuknya. Lalu, kenapa dia bersikap seolah dia baik-baik saja? Kenapa dia tidak menangis saja dan menumpahkan semuanya padaku? Sikapnya membuatku terasa sesak. Keceriaannya terasa palsu. Sikapnya membuatku merasa... Bersalah.
**
"Cho Kyura..." Dia membuka matanya perlahan. Aku menarik nafas lega. Entah kenapa, aku agak takut melihat matanya yang terpejam.
"Aku tidak pingsan lagi, Tuan Cho. Jangan cemas." Katanya sembari meringis, seolah dapat menebak jalan pikiranku.
"Kau tau darimana, hm?"
"Kau pikir sudah berapa lama aku mengenalmu?"
"Kau bahkan bisa membaca jalan pikiranku, tapi aku bahkan tidak bisa tau saat kau sakit." Sahutku merasa bersalah.
"Jangan merasa bersalah. Aku tidak pernah menyalahkanmu. Aku yang tidak ingin membuatmu cemas... Aku takut jika kau tau... Kau..."
"Aku akan meninggalkanmu begitu?" Potongku kaget. Aku tidak menyangka dia menilaiku begitu. Aku kecewa padanya.
"Mianhae... Aku hanya takut.. Kau akan menyesal menikahi yeoja penyakitan seperti aku. Menikahi yeoja tidak berguna, yeoja yang hanya bisa menyusahkanmu..." Dan tetes airmatanya mulai berjatuhan. Dia tidak lagi tersenyum palsu. Senyum yang membuatku terasa sesak melihatnya. Tapi, saat melihatnya menangis begini, rasanya berkali-kali lipat lebih menyesakkan. Aku memeluknya erat. Dan tiba-tiba pernyataan dokter yang kudengar saat dirumah sakit kembali terngiang.
"Ny.Cho terserang Leukemia Mielositik Akut atau LMA. Stadium di LMA bisa berubah dengan cepat sesuai perkembangan virusnya. Bisa dalam hitungan minggu atau bahkan hari jika virus itu sangat ganas... Ny.Cho, harus dijaga pola dan kesehatan hidupnya serta teratur memakan obat yang kuberikan. Sebab, penderita LMA rentan terinfeksi dari penyakit lain karena daya tahan tubuhnya sangat kecil. Menurut saya, dia harus menjalani khemoterapy. Jika anda berkeras dia tidak boleh menjalaninya, saya rasa umur Ny.Cho tidak akan lama lagi..." Aku tidak akan siap untuk kehilanganmu Kyura-ya.. Aku tidak akan pernah siap.
"Jangan merendahkan dirimu sendiri Kyura-ya.. Jangan meragukan perasaanku. I love you in the way you are. That things like this, can't make me stop to loving you. Saranghae..." Bisikku lirih. Tanpa sadar, aku ikut menangis bersamanya. Aku mencintaimu Kyura-ya... Sangat.
**
Park Kyura pov
"Eomma..." Aku menatap takut pada ibu Cho Kyuhyun. Aku ingin menceritakan semuanya, karena kurasa Kyuhyun pasti menutupi keadaanku.
"Wae?" Tanya ibu Kyuhyun, masih dengan senyum lembutnya.
"Aku..." Aku menggantungkan kata-kataku. Harus bagaimana aku menceritakan semuanya?
"Aku tau, anakku." Ibu Kyuhyun langsung memelukku dan menangis. Aku cukup shock. Ibu Kyuhyun tau? Appanya? Tapi... Kenapa..
"Kau harus kuat, kau harus kuat dan bertahan untuk kami. Untuk Kyuhyun. Dan untuk dirimu sendiri."
"Eomma tidak... Menyesal memiliki menantu sepertiku?" Tanyaku takut. Aku takut, eommanya akan memisahkan hubungan kami seperti yang terjadi di drama-drama.
"Aku tidak menyesal. Kau baik, kau mencintai Kyuhyun dan Kyuhyun juga mencintaimu. Kau sempurna."
**
Aku melirik jamku cemas. Ini sudah pukul setengah 12 malam dan Kyuhyun belum pulang. Sesibuk apapun dia, dia tidak pernah pulang semalam ini. Dan biasanya, jika dia akan pulang terlambat 5 menit saja, dia akan mengabariku. Apa dia... Aish. Penyakit ini merubah pemikiranku. Tidak, aku tidak boleh meragukan perasaan Kyuhyun. Kalau begitu apa terjadi sesuatu padanya? TIDAK! Itu lebih parah. Tuhan, jangan biarkan aku memiliki semua pikiran-pikiran buruk ini.
Aku tersenyum lega saat indera pendengarku menangkap suara deru mobil. Aku mengintip lewat jendela, dua mobil? Aku segera membuka pintu dan mendapati Kyuhyun sedang dibawa oleh Yesung oppa -mantan kekasihku- dan Jongjin. Aku menatap mereka panik. Ada apa dengan Kyuhyun?
"Gwenchana. Dia hanya mabuk. Kami habis berpesta kecil tadi dirumahku." Kata Yesung oppa sembari tersenyum menenangkan padaku. Aku hanya menarik nafas lega. Sedangkan Jongjin menatap aneh pada hyungnya. Mereka membawa Kyuhyun masuk ke kamar tamu. Aku memang tidak bisa mencium bau alkohol, baunya memuakkan menurutku.
"Yesung oppa, Jongjin-ah, gomawo."
"Cheonma. Kami pamit dulu." Yesung oppa mengacak rambutku dan berlalu pergi. Jongjin hanya menggeleng pelan melihat kelakuan hyungnya. Dia menatapku sembari tersenyum.
"Bahkan meski kalian sudah berpisah, menurutku kalian tetap serasi. Bahkan kurasa, kau bisa kembali kapanpun padanya. Aku pamit, nuna." Aku diam. Aku tidak tau harus berkata apa. Aku tau dengan jelas maksud perkataan dari Jongjin tadi. Yesung oppa, masih mencintaiku.
Aku membawa baju ganti untuk Kyuhyun ke kamar tamu. Dasar namja bodoh. Dia harusnya tau dengan jelas aku tidak menyukai aroma alkohol. Dia harusnya tau aku menunggu dan menghawatirkannya. Aku memandanginya kesal. Dasar Cho Kyuhyun bodoh. Aku menutup hidungku dan menatapi wajahnya. Tampan.
Airmata meluncur cepat dari sudut mata Kyuhyun. Wae? Apa kau punya masalah? Oh.. Aku bahkan baru ingat, sudah lama sekali Kyu tidak meminum alkohol. Kau kenapa, Kyuhyun-ah?
"Jangan pergi, Kyura-ya... Jangan tinggalkan aku.. Saranghae..." Airmata menetes lagi dari sudut matanya. Apa aku begitu menyakitimu? Bahkan dalam tidurmu pun kau menangis Kyuhyun-ah. Aku menahan airmataku yang sudah menggenang. Aku mengelap bekas airmata Kyuhyun. Yesung oppa pasti berbohong tentang pesta dirumahnya itu. Dia hanya tidak ingin aku cemas.
"Have you been drinking because of me, Kyuhyun-ah? To take all the pain away..? I'm sorry to get you hurt." Aku... Jika aku meninggalkanmu sekarang, dan bukan nanti... Apa penderitaan itu bisa berkurang?
**
Dingin... Uh. Kupikir aku mungkin memang yeoja yang bodoh. Kulirik jam tanganku, masih pukul 3 pagi sekarang. Kyuhyun... Pasti belum bangun kan? Kuharap masakanku tetap akan enak meskipun sudah dingin saat namja itu terbangun.
Aku memejamkan mataku. Menikmati hembusan angin pantai. Pantai? Yup. Aku memang berada di pantai sepagi ini. Aku ingin menenangkan pikiranku. Dan... Disinilah aku. Sendirian di pantai dengan langit yang masih gelap. Debur ombak pantai dan lainnya mampu menenangkanku dari penyakit yang kuderita dan semua akibat yang diciptakan penyakit ini dalam kehidupanku...
Tempat ini, sempurna.
**
Kyuhyun pov
Aku membuka mataku yang berat. Err, kepalaku terasa berat. Kyura... Loh? Inikan kamar tamu? Oh. Aku mabuk semalam, dan Kyura membenci bau alkohol. Aish. Aku harus cepat-cepat mandi, kalau tidak yeoja itu bisa menghindariku seharian.
"Kyura-ya..." Aku memasuki kamar kami dengan pelan. Tidak ingin mengagetkannya yang mungkin masih tertidur pulas. Kamar kami kosong. Yeoja itu kemana? Aku mencarinya di dapur, sudah ada makanan. Dan ada secarik kertas kecil yang ditempel dibelakang piring makan milikku.
'Kyuhyun-ah... Jika aku pergi meninggalkanmu sekarang dan bukan nanti... Apa penderitaan itu bisa berkurang? Bisakah rasa sakit itu berkurang..?
Ah, dan jangan mencariku. Nikmati saja makanan yang kusiapkan ^^'
Perasaan sesak segera menyelimutiku. Heh, ada apa lagi dengan pemikiran yeoja itu?! Bagaimana bisa aku menikmati makananku saat dia dengan jelas mengatakan bahwa dia akan meninggalkanku? Ah, dia... Dia pasti tau dimana Kyura ku...
**
Park Kyura pov
"Oppa..?" Panggilku kaget. Kenapa Yesung oppa bisa ada disini? Dia tersenyum dan duduk tepat disebelahku.
"Kau tau? Kyuhyun panik sekali mencarimu. Dia menanyakanmu padaku, dan aku berinisiatif mencarimu kesini." Sahutnya sambil tersenyum simpul dan memandang kearah pantai. "Aku tau kau akan kesini."
"Yah... Tempat ini memang sempurna untuk menenangkan diri."
"Ya. Ditempat ini, kau mengambil keputusan untuk berpisah denganku bukan? Kita berpisah disini." Aku menoleh kearahnya. Rasa bersalah segera menyelimuti perasaanku. Aku memandanginya menyesal, tapi dia tidak menoleh sedikitpun kearahku. Dia masih memandang kearah laut, dan tidak merubah ekspresinya sedikitpun. Dia masih tersenyum.
"Mian oppa... Aku tidak.." Aku belum menyelesaikan kata-kataku dan dia sudah lebih dulu menyela perkataanku.
"Kali ini apa? Kali ini... Apa alasanmu kesini lagi? Kau tidak mungkin ingin meninggalkan Kyuhyun bukan? Kau meninggalkanku karena dia."
"Aku rasa... Jalan terbaik adalah meninggalkannya."
"Bodoh." Cela Yesung oppa langsung.
"Aku... Mengidap penyakit Leukimia Akut." Yesung oppa langsung menoleh kearahku.
"Aku tau, ini pemikiran bodoh. Tapi, dia sangat menghawatirkan keadaanku. Dia sangat takut aku meninggalkannya. Aku juga sama. Aku takut. Aku takut kehilangannya. Aku tidak siap dengan keadaan ini. Tapi, aku... Aku rasa, lebih baik aku meninggalkannya saat aku masih baik-baik saja. Dia pasti akan lebih menyedihkan jika benar-benar melihat kepergianku langsung."
"Kyura..."
"Hm?"
"Kau bodoh."
"Ya. Aku tau."
"Tidak-tidak. Kau lebih dari bodoh."
"Aku tidak sebodoh itu, ck."
"Lihat aku." Aku menoleh dan menatapnya. Dia menatapku serius. "Dengar, meskipun waktumu tinggal sedikit atau apapun menurutmu, jangan tinggalkan Kyuhyun. Kau bahkan sudah mengatakannya bukan? Dia takut kehilanganmu. Lalu kenapa kau mau meninggalkannya? Oh ayolah Kyura, ini bukan drama. Kau mencintainya, dan dia juga. Itu cukup. Tidak perlu membebani pikiranmu dengan alasan perpisahan konyol seperti itu." Kata-kata Yesung oppa sangat menusukku.
"Tapi..."
"Dengar, lagipula masih banyak cara pengobatan bukan? Operasi, obat herbal, atau bahkan khemoterapy. Hidupmu masih bisa diselamatkan, Kyura-ya. Atau bahkan jika memang kau tidak tertolong menurutmu, habiskan waktu kalian bersama. Buat kenangan indah. Spend your time with him to take all happy memories."
"Tidak. Operasi... Sumsum tulang belakang siapa yang cocok dan rela dicangkokkan untukku? khemoterapy? Aku.. Terlalu takut untuk mencobanya. No thanks."
"Jadi?"
"Aku lebih memilih pergi. Kau tau? Dari kemarin sore, aku bahkan belum meminum obatku oppa."
"Pengakuanmu itu sangat mengecewakanku. Pulanglah. Kyuhyun pasti sudah nyaris meledakkan kepalanya karena panik mencarimu."
"Dari awal, aku bukannya ingin melarikan diri. Jadi sebenarnya kau tak perlu mencariku dan menyuruhku pulang. Aku pasti pulang. Kau berminat mengantarku?" Yesung oppa tertawa kecil.
"Of course." Aku mengekor Yesung oppa menuju mobilnya. Ugh, sesak. Sesak sekali... Sakit.
**
Author pov
Yesung menoleh kebelakang, untuk mengecek apakah Kyura tertinggal atau tidak. Sebab yeoja itu tidak bersuara lagi. Yesung melotot kaget melihat yeoja yang daritadi mengikutinya itu sudah terkapar di pasir dan berada cukup jauh darinya.
"Kyura-ya!!" Yesung segera berlari dan mengguncang-guncang badan Kyura panik. Tapi mata yeoja itu tetap terpejam. Wajahnya pucat. Dengan panik, Yesung segera menggendong yeoja itu ala putri. Dia membaringkan Kyura di jok belakang mobilnya. "Bertahanlah. Jebal..." Bisik Yesung lemah.
"Bahkan jika kau tidak bertahan untukku. Bertahanlah untuknya."
**
Park Kyura pov
Aku membuka mataku yang terasa berat. Ah... Aku masih hidup? Aku bersyukur untuk itu. Dan bau obat-obatan memenuhi indera penciumanku. Hmm.. Rumah sakit lagi.
"Jangan pernah mencoba meninggalkanku." Aku menggeleng lemah, merespon suara yang sudah sangat kukenal. Ugh. Kepalaku agak berat untuk digerakkan.
"Aku belum pernah mencobanya kok." Dia menatapku dalam.
"Lalu? Kemana kau waktu itu? Kenapa pagi-pagi sekali sudah menghilang? Kau bukannya mencoba meninggalkanku hm?" Aku menaikkan alisku heran. Waktu itu? Berapa lama aku pingsan? Aku menatap Kyuhyun yang terlihat marah.
"Aku hanya ke pantai untuk menenangkan diriku. Aku butuh waktu sendiri. Waktu itu aku tidak mencoba untuk meninggalkanmu. Aku hanya berfikir, bisakah aku meninggalkanmu?" Ekspresi Kyuhyun berubah.
"Jangan pernah mencoba meninggalkanku. Bahkan berfikir untuk meninggalkanku pun, tidak boleh." Yaampun. Lihat cara bicaranya, dia makin mirip saja dengan diktator.
"Yak. Meskipun aku berfikir untuk meninggalkanmu, aku tidak bisa melakukannya kan? Jadi biarkan aku memikirkan apa yang ingin kupikirkan, bodoh."
"Kau boleh memikirkan apapun asalkan bukan memikirkan untuk meninggalkanku. Bagaimana caraku untuk hidup jika kau meninggalkanku? Bagaimana aku bisa terus mencintaimu dan melindungimu jika kau meninggalkanku?"
"Hanya berhenti mencintaiku dan melindungiku. Kalau perlu, lupakan semua kenangan kita..."
Kyuhyun menyeringai, "Tidak akan. Sudah berapa kali kukatakan? Kau milikku. Aku tidak akan melepasmu."
**
Author POV
Kyuhyun menatap Kyura yang sedang berbaring di tempat tidur mereka. Kyura terus merengek ingin pulang, dan benar-benar tidak mau dirawat. Entahlah, apa yang ada di kepala yeoja itu, Kyuhyun pun tak mengerti. Kyuhyun hanya mencoba mengerti keputusan Kyura, dan mendukungnya.
Kyura membuka matanya yang semula terpejam, dan menatap Kyuhyun, "Mianhae. Kau pasti sebal denganku yang tidak ingin menjalani pengobatan."
"Tidak apa. Aku akan mencoba mengerti keputusanmu."
"Kyu... Kalau aku pergi, kau akan mencari penggantiku ya?"
"Tidak. Kalau kau hanya pergi, aku akan menunggumu kembali."
"Tapi aku tidak akan bisa kembali, jadi bagaimana?"
"Aku akan menyusulmu, jika kau tidak bisa kembali." Kyura memukul kepala Kyuhyun kencang, membuat Kyuhyun berteriak kencang, "YAK!!"
"Yang kumaksud pergi itu, mati bodoh."
"Kalau begitu, kenapa harus kau pikirkan? Semua orang pasti akan mati. Kau akan mati, akupun juga, bodoh!" Sahut Kyuhyun kencang. Dia tidak terima dibilang bodoh.
"Ah, aku capek bicara denganmu. Aku mau tidur saja. Sangat lelah rasanya." Omel Kyura seraya menutup matanya lagi.
"Apakah sakit?" Kyura membuka matanya dan menatap Kyuhyun bingung.
"Apanya?"
"Apa kau sedang merasa sakit lagi? Hingga bicara saja sangat melelahkan?" Tangan Kyuhyun mampir ke kening Kyura dan keningnya sendiri. Mencoba mengukur suhu tubuh Kyura.
"Panas! Perlu kukompres?" Kyura hanya menggeleng, dan menyenderkan kepalanya ke bahu Kyuhyun.
"Aku ingin tidur, bolehkan?" Kyuhyun mengangguk pelan.
"Aku ingin mendengarkan nyanyianmu."
"Kau agak manja hari ini. Tapi... Baiklah." Kyuhyun tersenyum seraya mengelus kepala yeojanya pelan.
"'Cause I was born, to tell you I love you...
And I'm torn to do what I have to, to make you mine...
Stay with me tonight.
Stripped and pollished, I'm new, I am fresh.
I'm feeling so ambitious, you and me, flesh to flesh.
'Cause every breath that you will take, when you're sitting next to me.
Will bring life into my deepest hopes, what's your fantasy?
What's your... What's your?
'Cause I was born, to tell you I love you...
And I'm torn to do what I have to, to make you mine...
Stay with me tonight."
Kyuhyun berhenti dan melirik Kyura yang tampak sudah tertidur di pelukannya. Dia tersenyum pahit, "Kenapa harus kita yang mengalami kejadian seperti ini? Aku mencintaimu. Aku ingin hidup sampai tua bersamamu. Kenapa waktu kebersamaan kita terasa sangat singkat? Aku baru sebentar bersamamu. Aku ingin, bahagia bersamamu, selamanya." Kyuhyun meneteskan airmatanya diam-diam. Dia tidak mau terlihat menangis oleh Kyura. Dia harus kuat untuk yeoja yang dicintainya.
**
Kyura membuka matanya yang tampak lelah. Dia menunggu Kyuhyun tertidur, dan kembali bangun. Dia mencari kertas dan pulpen, lalu menuliskan sebuah surat dengan tangan yang gemetar.
"Maaf. Maaf untuk tidak bisa lagi mencintaimu." Bisik Kyura sembari kembali merebahkan kepalanya ke bahu Kyuhyun.
"Aku lelah, Kyuhyun-ah. Aku tidak ingin bertahan. Aku ingin pergi." Bisik Kyura lirih.
**
Kyuhyun tampak terpukul, sembari menatapi gundukan tanah lengkap dengan nisan nama yeoja yang dicintainya. Park Kyura.
Kemarin, begitu dia terbangun, Kyura tetap berada dipelukannya. Bedanya, badan yeoja itu tidak lagi hangat. Badannya sedingin es.
Tangis Kyuhyun pecah. Dia tidak sanggup lagi menahan kesedihannya. Kemarin, saat yeoja itu dimakamkan, dia tidak hadir. Dia tidak siap menghadapi semuanya. Sekarang, yang ada hanya dirinya dan Kyura-nya yang berada di dalam sana.
Kyuhyun menatap surat yang ditulis Kyura dengan nanar. Dia melipat rapi surat itu, dan menaruhnya di saku jasnya.
"Kyura-ya, aku sudah bilang, jika kau pergi ke tempat dimana kau tak bisa kembali... Maka aku yang akan menyusulmu. Tunggu aku, ne?" Bisik Kyuhyun dengan airmata yang menetes dan senyum di wajah tampannya.
"Tunggu aku."
**
"Kyuhyun-ah. Sorry. I can't loving you anymore...
It's not because, I'm stop loving you.
Or I meet someone better than you.
It's because I must go forever from your side, and leave you alone.
It's why, I can't love you again
Sorry. And, I love you.
-Park Kyura."